Jumat, 25 Maret 2011

Rudolf Otto:
Pengalaman akan Yang Kudus
Oleh:
Andika Tarigan
Erick Sila
Prian Malau
Nelis Neba


1. Pengantar
Manusia merupakan makhluk religius. Ia tidak hanya mempunyai pengalaman inderawi tetapi juga mengalami hal-hal yang religius dan rohani. Salah satu pengalaman rohani adalah pengalaman beragama, pengalaman akan kehadiran yang ilahi.
Agama terbentuk dari keyakinan akan kuasa ilahi. Keyakinan ini diungkapkan dalam berbagai kegiatan religius seperti doa dan ibadat. Yang Ilahi menjadi dasar dan tujuan setiap agama dan kepercayaan.
Dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan pemikiran Rudolf Otto mengenai Yang Kudus. Ia mendasarkan pemikirannya berdasarkan pengalaman akan Yang Kudus.

2. Riwayat Hidup dan Karya

2.1 Riwayat Hidup
Rudol Otto lahir pada tanggal 25 September 1896 di Perne, Prussia. Ia merupakan seorang filsuf sekaligus teolog. Pengaruhnya cukup besar, terutama setelah ia menerbitkan pemikiran/penelitiannya mengenai pengalaman manusia akan Yang Kudus.
Otto adalah putra dari William Otto. Ayahnya merupakan seorang pengusaha pabrik. Sangat sedikit yang diketahui mengenai masa kecil tokoh ini. Ia dididik di gymnasium, di Hidesheim. Setelah itu, ia belajar teologi dan filsafat di Universitas Berlangen dan Gottingen, di mana pada tahun 1887 ia menjadi dosen privat. Ia mengajar teologi, sejarah gereja, dan sejarah filsafat. Pada tahun 1904 ia menjadi profesor teologi sistematik di Gottingen. Selanjutnya ia menjadi profesor teologi di Universitas Breslau pada tahun 1914. Kemudian, ia menjadi profesor teologi sistematik di Universitas Marburg pada tahun 1917 dan bahkan ia menjadi rektor universitas tersebut selama 1 tahun (1926-1927). Pada tahun 1929 ia memutuskan untuk beristirahat dan tinggal di Marburg.
Di samping sebagai pengajar, Rudolf Otto juga ikut dalam perpolitikan. Ia mengunjungi beberapa negara untuk dapat berkontak langsung dengan alam dan budaya setempat. Ia mengampanyekan kebebasan beragama. Ia meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1937.

2.2 Karya-karya
Otto menerbitkan karyanya yang pertama pada tahun 1898. Karya tersebut berjudul The Perception of The Holy Spirit by Luther. Karya tersebut jelas menyiratkan kekaguman Otto pada Martin Luther. Selain Luther, pemikiran Otto juga dipengaruhi oleh Kant. Pada tahun 1904, terbit bukunya yang berjudul Naturalism and Religion. Ia membandingkan pendekatan dasar sains dengan pendekatan agama, serta kemungkinan pandangan dunia yang terintegrasi. 5 tahun kemudian, terbit karyanya yang lebihi signifikan, yakni The Philosophy of Religion Based on Kant and Fries.
Beberapa karya Otto dalam Bahasa Inggris yang terkenal antara lain, The Life and Ministry of Jesus (1908), The Idea of Holy (1923), Christianity and The Indian Religion of Grace (1928), Religius Essays: A Supplement to The Idea of The Holy (1931), Mysticism East and West: A Comparative Analysis of The Nature of Mysticm, The Kingdom of God and The Son of Man: A Study in The History of Religion (1943), dan Autobiographical and Social Essays (1996).
Pemikiran Rudolf Otto sangat besar dipengaruhi oleh Schleiermacher. Friedrich Schleiermacher dapat disebut sebagai bapak para teolog Jerman. Dialah yang mengawali intuisi baru terhadap agama. Dalam buku Schleiermacher yang berjudul Über die Religion: Reden an die Gebilden unter ihren Verächtern, Otto menuliskan kata pengantar dan penutup disertai dengan komentar yang bersifat mendukung dan membangun. Dari buku inilah, Otto mengembangkan pemikiran dan hipotesa.




3. Pemikiran Mengenai Yang Kudus
Pemikiran Otto mengenai Yang Kudus terdapat dalam karyanya yang berjudul Das Heilege, yang terbit pada tahun 1917. Pada tahun 1923, buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul The Idea of Holy. Dalam buku tersebut, Otto menyatakan bahwa ada kepekaan manusia terhadap Yang Kudus. Hal itu merupakan suatu struktur apriori dalam jiwa manusia.

3.1 Tuntutan Akal akan Kepercayaan/ agama
Agama/ kepercayaan menyatakan bahwa dunia ini dipersiapkan dan bergantung pada penyelenggaraan Ilahi. Di sana ada suatu sisi lain yang tidak tampak pada kita. Namun sekarang muncul pertanyaan, apakah percaya itu sesuatu yang wajar dan masuk akal? Munculnya pengakuan akan Yang Ilahi mengandaikan suatu keterbukaan akal budi manusia terhadap seluruh realitas, sehingga tampaklah aspek mutlak daripadanya.
Menurut Rudolf Otto, dalam diri manusia ada struktur apriori yang dapat memahami Yang Kudus. Akal sehat kita cenderung untuk mengerti dan memahami inti dari misteri tersebut. Bahkan, sebenarnya Yang Kudus menyingkapkan diri dalam jiwa manusia. Keterbukaan akal untuk menangkap dan memahami pengalaman religius tersebut menjadi dasar orang beragama. Yang Kudus tersebut merupakan inti tiap-tiap agama. Hal ini dapat dilihat dalam tiap-tiap agama. Setiap agama membicarakan Yang Kudus sebagai Yang sama sekali lain, yang muncul dalam hidup/pengalaman manusia.

3.2 Pengalaman Religius
Pengalaman hidup merupakan titik tolak hidup religius atau beragama. Sudah sejak zaman dahulu kala, orang-orang menghadapi kenyataan hidup yang tidak dapat ditangkap secara rasional. Hal itu terjadi karena apa yang dihadapi tersebut melampaui daya nalar/tangkap manusia. Apa yang dialami tersebut ditanggapi sebagai suatu misteri. Misteri tersebut tidak serupa dengan teka-teki. Ia merupakan misteri besar yang tidak pernah dimengerti, namun tidak dapat disangkal kebenarannya dalam pengalaman manusia.
Sebagaimana Imanuel Kant mengemukakan bentuk-bentuk apriori yang rasional, misalnya kedua belas kategori akal budi sebagai perlengkapan jiwa di bidang pemikiran rasional, Rudolf Otto juga menunjukkan bentuk-bentuk apriori yang irasional. Bentuk-bentuk tersebut terletak di bidang perasaan hati manusia. Salah satu struktur apriori yang termasuk perlengkapan jiwa di bidang irasional tersebut adalah ‘sensus religiosus’ . Struktur jiwa yang sedemikian membuat manusia merasa tersentuh dan tergerak oleh Yang Suci. Berkat ‘sensus religiosus’ tersebut, manusia dapat mengalami hal-hal duniawi sebagai tanda dari hal-hal ilahi.
Menurut Otto, misteri yang muncul dalam hidup manusia ditafsirkan sebagai ‘Yang Kudus’. Kata ‘suci’ dan ‘kudus’ hendaknya jangan pertama-tama diartikan secara moral sebagai saleh. Alim, dan sebagainya. Arti moral tersebut tidak mengungkapkan inti sari dan hakikat Yang Ilahi. Manusia pun dapat disebut kudus dan suci dalam arti moral. Kata ‘kudus’ menunjuk sesuatu yang dipisahkan dari yang lingkungan profan dan dikhususkan bagi Yang Ilahi. Maka untuk mengungkapkan inti pengalaman religius tersebut, Otto membuat istilah baru, yaitu ‘perasaan numinous’. Istilah ‘numen’ dalam Bahasa Latin berarti ‘kekuasaan ilahi’, dan memang ke-ilahian’ Yang Ilahi itulah yang menjadi arti utama dari kata ‘kudus’.

3.2.1 Perasaan Numinous
Dalam ide Yang Kudus, Otto mencoba untuk memperjelas perbedaan antara perasaan religius dengan perasaan yang mungkin bisa membingungkan, seperti perasaan akan yang indah. Perasaan numinous ini bersifat irasional, karena tersembunyi dan membentuk suatu keadaan psikologis yang paling mendasar dalam jiwa. Ciri rasionalitas dari numinous tersebut menunjukkan bahwa setiap pengalaman religius tidak bis dikonsepkan. Ia tidak terkurung dalam rasionalitas intelektual. Ia tetap dapat dipahami walaupun tidak bisa dijangkau oleh nalar manusia.
Perasaan numinous memiliki dua aspek yang utama, yaitu perasaan takut yang religius (tremendum) dan perasaan terpesona/ tertarik (fascinans). Yang ilahi, yang merupakan misteri, serentak tampak sebagai kekuatan yang menakutkan dan mengagumkan. Hal itu terjadi karena Ia berlainan sama sekali dari manusia. Yang Kudus muncul sebagai ‘mysterium tremendum et fascinas’.

3.2.1.1 Perasaan yang menggetarkan-menakutkan (tremendum)
Numinous yang menampakkan diri memunculkan perasaan gentar/takut dari manusia terhadap-Nya. Menurut Otto, rasa takut dan gentar yang terdapat dalam jiwa manusia bukanlah bersumber dari murka Yang Ilahi melainkan realitas Yang Kudus, yang tidak dapat dimasuki. Yang Kudus itu dialami sebagai sesuatu yang berkuasa atas segala sesuatu. Ia tampak sebagai yang mulia. Di hadapan kemuliaan Yang Kudus tersebut, kita hanya bisa sujud dan hormat karena kita merasa lemah dan kecil.
3.2.1.2 Perasaan yang mengagumkan-mempesona (fascinans)
Meskipun Yang Kudus melebihi manusia dan berada di luar lingkup yang biasa, namun Ia tidak dialami sebagai yang asing. Manusia dapat mengenal, mengerti, dan merasa dekat dengan-Nya. Secara tidak rasional, Yang Ilahi tersebut dialami sebagai sesuatu yang menarik. Yang Kudus dilihat sebagai suatu wujud yang penuh kebaikan, kegaiban, belas kasihan, dan rahmat. Rasa kagum dan terpesona tersebut mendorong manusia untuk menjalin relasi yang akrab dengan-Nya.

3.3 Penampakan Yang Kudus
Yang Kudus dapat menampakkan diri dalam benda-benda dunia (hierofani). Pada dasarnya seluruh kosmos (segala sesuatu) dapat menampakkan Yang Kudus. Akan tetapi, umumnya hanya benda-benda tertentu saja yang dihayati sebagai sesuatu yang kudus. Benda-benda dunia menunjuk ke arah sesuatu yang melebihi dirinya, sesuatu yang ilahi. Benda yang profan tersebut menjadi media bagi manusia untuk mencari dan menemukan Yang Kudus.


4. Penutup
Kepercayaan/agama akan Yang Kudus merupakan hal yang hakiki bagi orang yang percaya. Orang beriman kepada-Nya karena mereka yakin bahwa Dialah yang mengatasi dan melampaui segala sesuatu. Pada umumnya, mereka melakukan ibadat dan memuji Yang Kudus. Namun, hendaknya kepercayaan tersebut juga diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Iman haruslah diimbangi dengan ratio (akal). Tidaklah baik hanya bersikap fanatik terhadap agama sendiri. Kebebasan beragama merupakan hak setiap orang. Iman harus diwujudkan dalam perbuatan, dan cinta kasih kepada sesama. Seseorang tidak dapat mencintai Yang Kudus, yang tidak kelihatan dengan mata, tanpa mencintai sesama yang jelas dan nyata ada di depan mata.













Bibliografi

Ara, Alfonsus. Wahyu dan Iman. Pematangsiantar: [tanpa penerbit], 2009. (Diktat)


Balela, Yosep Solor. Filsafat Ketuhanan. Pematangsiantar: [tanpa penerbit], [tanpa tahun]. (Diktat)

British Empire Medal. Otto, Rudolf dalam The New Encyclopaedia of Britanica vol. 9. Chicago: Encyclopaedia Inc., 1986.

Dister, Nico Syukur. Filsafat Agama Kristiani: Mempertanggungjawabkan Iman akan Wahyu Allah dalam Yesus Kristus. Yogyakarta: Kanisius, 1985.

Huijbers, Theo. Mencari Allah: Pengantar ke dalam Filsafat Ketuhanan. Yogyakarta: Kanisisus, 1992.

Shorter, J. M. Otto, Rudolf dalam The Encyclopedia of Philosophy .vol. 6. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. & The Free Press, 1972.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar