Senin, 07 Maret 2011

Moral

MENJADI PRIBADI YANG BERTANGGUNG JAWAB
DAN KEREATIF
(ERICK M. SILA)

Setiap orang yang ingin hidup bebas dalam Kristus, pertama-tama ia harus memahami dirinya, siapa dia sebenarnya dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan. Tidak ada sesuatu pun yang dapat membawa manusia kepada suatu perubahan selain memahami dirinya sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama. Untuk mencapai cita-cita tersebut setiap orang berusaha agar tindakannya menyerupai tindakan Allah. “Jadilah seperti Yesus Kristus… untuk sesuai dengan Kristus setiap orang dituntut untuk berbuat sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus kepada kita. Sebagai murid Kristus kita dibentuk oleh kasih Allah sendiri. Dalam hal ini dibutuhkan suatu tindakan yang bertanggung jawab dan kreatif.
Manusia yang bertanggung jawab dan kreatif terbatas pada keutuhan diri dan situasi batinnya. Motif utama dari tindakan seseorang adalah “kebajikan”. Erick Osborn mengatakan “kebajikan adalah nilai bukan istilah seperti baik dan buruk, juga bukan hal normatif seperti benar dan salah. Kebajikan adalah ciri dari karakter. Erick Erikson melihat kekuatan batin kebajikan sebagai kekuatan subjektif yang merupakan salah satu keberhasilan.
Para ahli modern, moralis dan psikolog tidak memakai kata “kebajikan” sebab mereka menghindari kesalahpahaman yang menganggap kebajikan sebagai sikap yang terlalu taat atau patuh. Oleh karena itu, kata yang tepat bagi mereka adalah “karakter”. James Gustafson berbicara tentang karakter yang menunjukan seluruh tindakan dan keberadaan manusia.
Dalam diri manusia selalu ada keinginan untuk bertindak sedemikian rupa sehingga ia menjadi orang yang dapat dipercaya dan identitasnya diakui.
Ketika seseorang ditandai oleh pola hidup Kristus yang merendahkan diri-Nya untuk menjadi seorang hamba, akan diberikan kebebasan dan kesiapan untuk bertindak dengan cara tertentu. “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan pengendalian diri” (Gal 5:22) adalah sikap dasar untuk membagun hubungan dengan Kristus. James Gustafson: disposisi yang merupakan dasar kebebasan dalam Kristus “adalah memiliki harapan dan kepaercayaan untuk berani”. Percaya kepada Kristus memampukan kita untuk memberikan diri demi Tuhan dan sesama. Keberanian adalah dasar bagi setiap hubuangan yang kreatif.
Etika yang membentuk orang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan kreatif, harus menaruh perhatian terhadap emosi.
Sekolah etika Jerman dan para ahli etika fenomenologis misalnya Dietrich Hildebrand, Maax Scheler, Alexander Pfander, Eduth Stein telah memberikan perhatian bersar terhadap apa yang disebut dalam bahasa Jerman “Gesinung dan Gemut”. Konsep-konsep ini sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Yang dimaksud dari kedua kata ini seperti dalam Alkitab yakni “Hati Hanusia”. “hati” menunjuk pada keutuhan seseorang yang membangun hubungan dengan orang lain.
Emosi membentuk “hati manusia”. Kita tidak berbicara tentang emosi ysng hanya merupakan suasana hati atau tekanan biologis tetapi lebih daripada emosional yang mengungkapkan hubungan dengan sesama dan dengan diri sendiri.
Sebuah etika tanggung jawab dalam tindakan adalah salah satu dimensi etika ketaatan. Kita membutuhkan konfigurasi dari sebuah “etika hati” dimana respon nilai yang mengema dalam hati kita, dengan segala emosi yang menyertainya sebagai respon pertama dan mendasar. Tujuan utamanya ialah untuk menjadi hamba kepada Injil, kepada Allah, dan kepada sesama.
Dasar dari moralitas Kristen adalah hidup dalam Kristus Yesus, “Tinggallah di dalam Aku seperti Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yoh 15:4).

PUISI….
Indah Karya Agung Tuhan

Sorot mentari yang kian melemah
Terhalang oleh rimbunnya pepohonan
Daun-daun yang bergoyang
Ditiup semilirnya angin meneduhkan suasana
Terdengar kicauan bersahut-sahutan
Mengabarkan hari baru telah tiba
Mengajak setiap insan dari peraduannya
Untuk memulai hari…
Sementara sang mentari pun mulai tersenyum
Menyapa setiap mahkluk
Aku datang membawa terang
Aku datang membawa kehangatan…
Sang embun pagi pun…
Mengundurkan diri dengan hormat
Dengan tidak meninggalkan bekas
Namun, dengan setia dan pasti akan kembali
Ya.. aku akan kembali…
Dengan tenang…
Dengan langkah pasti sang petani memulai harinya
Hari yang dijanjikan penuh berkat
Hari yang penuh sukacita dan damai…
Di kaki sebuah bukit yang hijau
Hamparan sawah nan luas
Bergembira menantikan jamahan sang petani
Jamahan penuh kasih dan cinta
Dan ketika sang mentari kembali ke peraduannya
Awan gelap pun menutupi jagat raya
Terdengar sayup-sayup…
Nyanyian khas penghuni rimba pun terdengar
Suara jangkrik dan semilirnya angin malam
Menjanjikan suatu mimpi indah
Mimpi yang membawa harapan
Mimpi yang membawa kedamaian
Oh,Tuhan…
Sungguh agung dan mulia karya-Mu
Sungguh dasyat dan tak terselami
Hanya kagum dan kagum…
Namun sayang…
Kini kami tinggal kenangan
Ulah tangan-tangan jahil manusia
Ke mana…???
Ke mana kami mau dibawa???

Bilik Sempit, 05-03-11
Erick M. Sila
Puisi….


Senandung Semesta

Di sini aku duduk terdiam
Sepi, dalam himpitan khayalan
Kurenung memandang semesta nan menawan
Tenggelam mendalam dalam sang kalam
Langit menghampar membiru
Sang awan menggelayut mesra dalam peluknya
Burung-burung terbang gembira
Tanpa susah, tanpa haru biru
Aku bertanya dalam benakku
Mampukah aku terbang dalam keindahan itu?
Aku tidak punya sayap…
Yang kupunya hanyalah kesenyapan
Kulayangkan pandangku ke gunung, bukit, lereng dan lembah
Hamparan padang menghijau damai
Tetesan-tetesan air berkumpul dari segala arah
Menjadi danau cantik bak mempelai
Aku merasakan getaran mendalam di jiwaku
Aku diam sejurus dan bertanya…
Siapakah aku ini di mata-Mu ya Allahku?
Siapakah aku ini di hadapan semesta raya?
Segala yang kusaksikan membuatku gemetar
Gemetar bukan karena takut…tapi rasa kecil…
Tidak ada yang begitu membuatku gentar…
Kecuali karena jiwaku yang menjadi kecil
Sejurus kupandangi sebatang rumput…
Dalam kumpulan hamparan sang padang
Kupandangi tanpa luput
Tidakkah aku seperti rumput di padang?
Ya…aku hanya sebatang rumput di tengah padang semesta
Kecil, sepi, dan tak berarti
Tapi apa yang telah kau lakukan wahai sang maha?
Engkau mendandani aku menjadi kian berarti
Aku bangun dan berjalan menyusuri jalan setapak yang tadi kulalui
Di dalam benakku aku bertanya, akankah alam ini tetap lestari?
Aku ingat, di tempat lain alam yang kian cantik dijarah dan dirusak
Manusia semacam aku ini menjadi penyebabnya…
Ya…Allahku…Engkau Maha Adil dan Maha penjaga…
Bukalah hati manusia yang Kaucintai untuk mengerti kehendak-Mu…
Alam ini adalah buah cinta-Mu gambaran sang baka…
Semoga alam ini tetap menjadi gambar tanah air terjanji-Mu…

Bilik Sempit, 07-03-11
Erick M. Sila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar