Jumat, 04 Maret 2011

filsafat nusantara

SOEKARNO
Oleh:
Adrianus Mite Lamba
Frederikus Mikhael Sila
Kornelis Neba
Rahmat Slamet Riadi



I. Pendahuluan
Lahirnya bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka tidak semudah yang kita bayangkan sekarang ini, melainkan melaluai suatu pergulatan dan permenungan yang cukup panjang dan mendalam. Berbicara mengenai tokoh Soekarno tidak bisa kita pisahkan dengan Indonesia. Hal ini tidak lain karena persatuan Bung Karno yang begitu erat dengan Indonesia dalam periode pergerakan nasional, perjuangan kmerdekaan, hingga tercapainya kemerdekaan Indonesia, sehingga Subadio Sastrosatomo menyimpulkan bahwa “Bagi Bangsa Indonesia, RI adalah Soekarno dan Soekarno adalah RI”.
Pesatuannya yang begitu mendalam dengan Indonesia tidak hanya ditunjukannya dalam usaha-usaha melawan penjajah melainkan ia telah menunjukan kecintaannya terhadap Indonesia sejak ia masih kecil. Rasa cinta yang begitu mendalam untuk Indonesia, telah mendorong Soekarno untuk berjuang pantang mundur demi terwujudnya negara Inonesia yang merdeka, adil, dan makmur. “Bila aku melihat gelombang laut memecah pantai, aku melihat Indonesia. Bila aku melihat rumpunan padi menguning, aku melihat Indonesia”. Ungkapan ini merupakan luapan perasaan yang telah membatin dalam hati seorang Bung Karno.
Rasa cintannya terhadap Indonesia begitu kuat. Kecintaan Soekarno akan Indonesia ditunjukannya melalui usaha-usaha dalam memperjuangkan negara Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, namun usaha tersebut tidak sekali jadi melainkan harus melalui perjuangan yang begitu panjang. Untuk mengetahuai sejauh mana perjuangan Soekarno dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, kelompok akan membahasnya lebih mendalam pada bagian berikut.

II. Biografi Soekarno
Presiden Soekarno merupakan Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945-1966. Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur 6 Juni 1901. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya berasal dari Blitar dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, berasal dari Bali. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga orang istri dan dikaruniai delapan orang anak. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Ia masuk Europesche Lagere School (SD Belanda di Sidoarjo). Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah kawan ayahnya bernama Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Tahun 1915, tamat dari ELS di Mojokerto, Jawa Timur. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School), SMA Belanda di Surabaya. Pada saat belajar di HBS tersebut, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Setelah lulus HBS 10 Juni 1921, beliau pindah ke Bandung dan melanjutkan studi ke THS (Technische Hooge School atau sekolah Teknik Tinggi, sekarang ITB). Di Bandung ia bertemu dan suka musyawarah dengan Dr. Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan lain-lain dari NasionaleIndise Party. Pada 25 Mei 1925, ia lulus THS dan meraih gelar Insinyur untuk jurusan Teknik Sipil. Pada 4 Juli 1927, bersama dengan Mr. Iskak, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Budiardjo, dan Mr. Sunarjo, ia merumuskan Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, pemerintah Hindia Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929 dengan tuduhan melakukan agitasi yang revolusioner. Delapan bulan kemudian pada 18 Agustus 1930, Soekarno diajukan ke pengadilan. Dalam proses pengadilan, bung Karno mengucapkan sebuah pidato pembelaan yang di kemudian hari dijadikan sebagai dokumen bersejarah, berjudul “Indonesia Menggugat”. Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara selama 4 tahun kepadanya. Ia bebas pada 31 Desember 1931. Pada 28 Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partindo/Partai Indonesia (pecahan PNI) dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya pada bulan Juli 1933, beliau kembali ditangkap Belanda dengan tuduhan telah mengadakan aksi anti pemerintah dan dibuang ke Ende, Flores pada bulan Agustus 1934. Empat tahun kemudian pada bulan Februari 1938 dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada bulan Maret 1942 dan kembali ke Jakarta pada 9 Juli 1942.
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak bercerai dengan Wakil Presiden Moh. Hatta pada tahun 1956, akibatnya Moh. Hatta mengundurkan diri dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya pada pemberontakan G-30-S/PKI, yang membuat Soekarno dalam masa jabatannya tidak dapat memenuhi cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera. Kesehatannya terus memburuk, dan meninggal dunia pada hari Minggu 21 Juni 1970 RSPAD, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur dekat makam ibunya. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”

III. Pemikiran-pemikiran Soekarno
a) Nasionalisme
Sebagai seorang pribadi dan pemimpin yang bertanggungjawab terhadap tanah pertiwi, banyak usaha-usaha yang dilaksanakannya agar bangasa Indonesia menjadi banggsa yang sungguh-sungguh bersatu padu di dalam memperjuangkan kemerdekaan yang sepenuhnya dan mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang baik bagi kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh soekarno untuk menunjukan sikap kecintaannya pada tanah air. Wujud atau bukti dari usaha-usahanya itu ialah:
1. “Pada tahun 1927, Soekarno mendirikan PNI (Perserikatan Nasional Indonesia) di Bandung”. Usaha yang dilakukan Soekarno ini membawa pengaruh yang besar bagi para pelajar yang berada di negeri Belanda. Soekarno berusaha untuk mempersatukan semua kelompok nasonalis dibawah panji PNI. Pada saat itu ia telah menemukan pegangan dalam bidang politik, sehingga ia merasa diri mampu untuk membangun suatu partai dengan tujuan yaitu memperoleh kemerdekaan yang sepenuhnya. Adapun usaha yang diwujudkan dalam partainya itu ialah: pertama, ia berusaha untuk mendidik rakyat agar dapat mengendalikan diri sendiri. kedua, memperhatikan kesehatan rakyat dan negeri, agar mampu bersatu padu dalam mencapai kemerdekaan yang sepenuhnya.
2. Selain mendirikan PNI Soekarno juga membentuk suatu badan baru yang bernama PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) atas kerjasama dengan angkatan perang jepang pada tanggal 9 Maret 1943. PUTERA ini sebagai alat Soekarno untuk mengarahkan bantuan kepada rakyat digaris belakang. Pada bulan September 1943, badan baru yang bernama PUTERA tersebut mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, diikuti oleh sebuah badan penasihat pusat yang diketua oleh Soekarno.Dengan adanya PUTERA ini Soekarno berhasil memanfaatkan kedudukan penting dalam badan ini, dengan suatu tujuan, yakni memperluas dan mengintensifkan gagasan nasional secara mendalam.

b) Marhaenisme
Ide tentang Marhaenisme ditemukan oleh Bung Karno ketika ia sedang bersepeda di bagian selatan kota Bandung dan berjumpa dengan seorang petani muda yang bernama Marhaen. Kata Marhaen ia ambil dari nama seorang petani itu. Kemudian nama Marhaen ia gunakan untuk menyebut semua orang Indonesia yang bernasib malang seperti seorang petani muda itu.

“Kemudian aku menanyakan nama petani muda itu. Ia menyebut namanya “Marhaen”. Marhaen adalah nama yang biasa seperti Smith Jones. Di saat itu sinar ilham menggenangi otakku. Aku akan memakai nama itu untuk menamai semua orang Indonesia yang bernasib malang seperti itu! Semenjak itu kunamakan rakyatku rakyat Marhaen”

Marhaenisme merupakan ideologi dan Partai Nasional Indonesia sebagai wadah pergerakan. Keduanya merupakan satu kesatuan ibarat jiwa dan badan, lahir dan batin, semangat dan kekuatan yang sepenuhnya diramu Bung Karno dari bumi Indonesia. Ideology ibarat jiwa dalam tubuh pergerakan, maka sebelum organisasi pergerakan dibangun lebih dahulu dipersiapkan ideologinya. Ideology harus diciptakan dengan sungguh-sungguh senyawa dengan hati nuraninya sendiri.
Berdasarkan pendapat dari Bung Karno, pemahaman mengenai Marhaenisme diartikan sebagai berikut:
1. Marhaenisme jaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.
2. Marhaen jaitu kaum proletar Indonesia, k a u m t a n i I n d o n e s i a j a n g m e l a r a t dan kaum melarat Indonesia jang lain…
maksuknja sosio-nasionalisme memperbaiki keadaan di dalam masjarakat itu, … sehingga mentjari keberesan politik DAN keberesan ekonomi, kebereswan negeri DAN keberesan rezeki.
…sosio-demokrasi – adalah timbul karena sosio-nasionalisme…tidak ingin mengabdi kepentingan sesuatu gundukan ketjil sahaja, tetapi kepentingan masjarakat … jang mentjari keberesan politik DAN ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki”
Sedangkan menurut pendapat Bagin dalam bukunya yang berjudul “Pemahaman Saya tentang Ajaran Bung Karno” pengertian mengenai Marhaen dan Marhaenisme dipahami demikian:
1. “Marhaen adalah kaum melarat Indonesia yang terdiri dari buruh tani, pengusaha kecil, pegawai kecil, tukang, kusir dan kaum kecil lain-lainnya. Pada kesempatan lain, Bung Karno sering menyebut,
“Marhaen adalah rakyat Indonesia yang dimelaratkan oleh imperialisme”.
Marhaen Indonesia ada yang berdomisili di pantai, di gunung, di dataran rendah, di kota, di desa dan di mana saja. Marhaen itupun ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan juga yang masih menganut animisme. Marhaen Indonesia jadinya ada yang kyai, yang pastor, yang pendeta, yang pedanda, yang bhiksu, yang mpu atau juga dukun dan lain-lain. Marhaen Indonesia itupun ada di kalangan PSII, di lingkungan Indische Partij, di Budi Utomo, di Parindra, di Muhammadiyah, di NU, di Masyumi, di Murba, di PSI, di PNI, di TNI, di KORPRI dan di mana saja.
2. Kaum Marhaen itu sesuai dengan kodratnya, berupaya melepaskan belenggu kemiskinan dan mengharapkan terjadinya perbaikan nasib.
3. Kaum Marhaen itu di Indonesia, jumlahnya benar-benar mayoritas mutlak.
4. Marhaenisme adalah ideologi yang bertujuan menghilangkan penindasan, penghisapan, pemerasan, penganiayaan dan berupaya mencapai serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, melalui kemerdekaan nasional, melalui demokrasi politik dan juga demokrasi ekonomi.
5. PNI dalam makna organisasi politik tipe Sukarno adalah partai pergerakan yang mengorganisir kaum Marhaen, agar mereka memahami dan sadar atas kenyataan yang sedang berlaku serta hubungannya dengan penderitaan mereka sendiri. PNI (tipe Sukarno tahun 1927) menjelaskan bahwa hapusnya kemiskinan dan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, hanya bias dicapai melalui kemerdekaan nasional, di mana kemerdekaan itupun hanyalah merupakan Jembatan Emas. Kemudian di seberang jembatan emas itu terbuka dua jalan. Satu jalan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Jalan satu lagi menuju masyarakat celaka dan binasa. Oleh karena itu pesan Bung Karno dalam Mentjapai Indonesia Merdeka (MIM);
“ djangan sampai di atas djembatan itu kereta-kemenangan dikusiri oleh orang selainnja Marhaen”
Hanya kereta tidak menuju jalan ke arah kecelakaan , jika kusir kereta tetap berada pada kaum Marhaen.”

Soekarno senantiasa menjelaskan bahwa Marhaenisme merupakan azas, artinya ideologi, namun sekaligus juga merupakan azas perjuangan, yaitu metode perjuangan. Maka dalam Marhaenisme terdapat cita-cita dan cara menuju cita-cita tersebut. Sedangkan Marhaen adalah subyek (rakyat) Indonesia yang berjuang bersama azas Marhaenisme melalui metode perjuangan Marhaenisme itu juga. Berdasarkan konfirmasi ini, maka menurut Bung Karno Marhaenisme sebagai ideologi merupakan senyawa dengan tuntutan hati nurani rakyat dan karena itu ideologi inipun sesuai bagi pergerakan bangsa Indonesia.

c) Pancasila
Pada tahun 1942 bangsa Jepang menduduki Indonesia dan berhasil mengusir penjajahan Belanda dari Indonesia yang kurang lebih tiga setengah abad menjajah Indonesia. Penderitaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia akibat kekejian tentara Jepang menimbulkan rasa dendam sekaligus menumbuhan semangat persatuan untuk mengusir para penjajah dari bumi pertiwi ini.
Rakyat berkeinginan kuat untuk melepaskan diri dari kuasa asing serta berupaya untuk memproklaasikan kemerdekaan Indonesia. Menjelang 1944 balatentara Jepang mengalami kekalahan akibat gempuran-gempuran dari pihak sekutu. Keadaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia yang selama ini mendambakan suatu tanah air yang merdeka.
Pemerintah Jepang berkeinginan mengusahakan kemerdekaan Indonesia namun tetap berada dalam naungan lingkungan Asia raya di bawah pemerintahan pusat Jepang.
Mulai tahun 1944 tentara Jepang mulai mengalami banyak kekalahan dala melawan tentara sekutu. Untuk menarik simpati rakyat indonesia agar bersedia membantu tentara Jepang dalam melawan sekutu dengan menjanjikan kemerdekaan di kemudian hari. Maka pada tanggal 7 September 1944 pemerintah Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan untuk Indonesia.
Dalam maklumat sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Dalam sidang pertama BPUPKI yang berlangsung tanggal 28 Mei-1 Juni 1945 merupakan kesempatang yang sangat penting bagi Soekarno untuk mengutarakan dasar negara Indonesia yang merdeka. Gagasan tersebut merupakan ungkapan hati yang selama ini yang selama ini didambakan oleh rakyat Indonesia.
Dalam otobiografinya Soekarno mengatakan bahwa enam belas tahun lamanya aku telah mempersiapkan apa yang hendak kukatakan:
“ketika itulah (dalam masa pembuangan di Endeh) datang ilham jang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup jang dikenal dengan pantjasila. …Apa yang kukerdjakan hanyalah mengali tradisi kami jauh sampai ke dasarnja dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah”.

Kelima asas yang dikemukakan oleh soekarno yakni:
- Kebangsaan Indonesia
- Internasionalisme atau Peri-kemanusiaan
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhanan
Penjelasan pancasila yang dikemukakan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 diterima baik oleh BPUPKI dan oleh Prof. A.G. Pringgodigdo S.H, dianggap sebagai lahirnya pemakaian istilah pancasila.

a. Arti dan Makna Pancasila
Pancasila merupakan lima dasar yang merupakan satu kesatuan yang mengikat, satu kebulatan yang tunggal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Pancasila sebagai gagasan falsafah negara ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 yakni:
1. Ketuhanan Yang Mahaesa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adapun arti dan makna dari Pancasila tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa, hal ini mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan. Sila ini ditegaskan lagi dalam pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yakni bahwa “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa”. Hal ini berarti bahwa negara menjamin serta memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan-nya masing-masing.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam sila ini harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Negara menjamin agar setiap manusia saling menghargai dan menghormati serta menolak setiap penindasan, baik penindasan manusia oleh manusia yang lain; oleh bangsa sendiri maupun bangsa lain.
Kemerdekaan ialah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, Mengandung prinsip nasionalisme, cinta tanah air dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Nasionalisme sangatlah diperlukan bagi setiap negara, baik negara yang sudah maju maupun negara yang masih berkembang. Apabila hal ini tidak diperhatikan, akan menimbulkan perpecahan dalam bangsa tersebut. Demi tercapainya negara Indonesia yang adil dan makmur, perlulah menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam sila ini menunjukan penolakan terhadap segala yang bersifat diktator, baik diktator perseorangan maupun diktator golongan. Dalam hal ini demokrasi dijunjung tinggi.
Demokrasi berari pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi Pancasila bukanlah ditentukan oleh kemenangan jumlah suara melainkan mufakat.
5. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan sosial adalah suatu masyarakat yang adil dan makmur yang diperuntukan bagi seluruh rakyat Indonesia. Segala kekayaan alam di Indonesia harus dikelola demi kesejahteraan bersama.



b. Arti dan makna lambang negara repoblik Indonesia
Setiap negara memiliki lambang negaranya masing-masing. Lambang tersebut menggambarkan kedaulatan, kepribadian dan kemegahan negara tesebut.
Lambang negara Repoblik Indonesia ditetapkan dalam Pasal 3 UUDS 1950, yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah no. 66 tahun 1951, tanggal 17 Oktober 1951.
Arti dan makna lambang negara Repoblik Indonesia adalah sebagai berikut:
1. GARUDA: burung garuda atau raja wali adalah burung yang disebutkan dalam cerita Ramayana dan Bharatayuda. Burung Garuda adalah lambang kekuasaan dan kekuatan.
Sayapnya masing-masing terdiri dari 17 bulu, yang berarti tanggal 17; ekornya terdiri dari 8 bulu yang berarti bulan ke-8 atau bulan Agustus. Apabila jumlah bulu pada kedua sayap ditambahkan dengan ekor serta ditambahkan lagi dengan dengan kedua sayap dan ekor maka akan berjumlah 45 (17+17+8+2+1), berarti tahun ’45. hal ini mengingatkan kita pada peristiwa proklamasi kemerdekaan RI yakni tanggal 17 Agustus 1945.

2. PERISAI
Perisai yang berbentuk jantung yang digantungkan dengan rantai emas pada leher burung garuda merupakan lambang perlindungan, serta garis melintang di tengah-tengah perisai menunjukan khatulistiwa.
Lima buah ruangan pada perisai tersebut membuat simbol-simbol dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila:

• Bintang bersudut lima melambangkan dasar Ketuhanan Yang Mahaesa.
• Rantai bermata bulat (pria) dan persegi (wanita) melambangkan peri-kemanusiaan.
• Pohon Beringin melambagkan dasar persatuan Indonesia.
• Kepala banteng adalah lambang tenaga rakyat yang menunjukan dasar kerakyatan.
• Kapas dan padi melambangkan kesejahteraan yakni tujuan kemakmuran bersama bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. BHINEKA TUNGGAL IKA
Di dalam pita yang dicengkeram oleh burung Garuda tertulis sebuah semboyan dalam bahasa jawa kuno yang berbunyi “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti: “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Kalimat ini juga ditemukan dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular dalam arti “Diantara puspa ragam ada kesatuan”.

IV. Penutup
Usaha-usaha demi tercapainya kemerdekaan Indonesia tidaklah sekali jadi, melainkan melaui proses permenungan yang cukup panjang. Hasil dari permenungan tesebut melahirkan sebuah negara baru yang memiliki kedudukan yang sama dengan bangsa lain yakni bangsa yang merdeka.
Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan hasil kerja keras rakyat Indonesia yang dipelopori oleh Soekarno, mulai dari nasionalisme, marhaenisme hingga sampai pada lahirnya pancasila dan berpuncak pada tanggal 17 Agustus 1945. Maka pantaslah kita menghormati seorang Bung Karno sebagai pahlawan proklamasi.
Pancasila merupakan dasar Ideologi Bangsa Indonesia yang selama bertahun tahun direnungkan. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan-pahlawan kita dengan hal-hal yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar