Sabtu, 05 Maret 2011

Eksegese (Taurat Musa)

KAMBING PENGANGKUT DOSA
Ulasan Eksegetis atas Imamat 16:20-22
(Oleh: Erick M. Sila
Ruben Afeanpah
Ferry Nono
Piter Nali
Yostan
Lisbeth Purba)

1. Pengantar

Topik utama yang dibicarakan dalam kitab Imamat adalah ibadah. Di dalamnya digambarkan ibadah ilahi yang harus dilaksanakan oleh Harun dan para imam keturunannya. Ibadah umat ini harus dilaksanakan secara benar, artinya sesuai dengan kehendak Allah. Diberikan peraturan-peraturan rinci mengenai binatang korban dan persembahan kurban yang lain, mengenai pengudusan para imam, mengenai kebersihan ritual dan mengenai perayaan tahunan hari perdamaian.
Dalam kitab Imamat juga tersirat akan Allah yang kudus, artinya bahwa Allah adalah sama sekali lain dari manusia. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan Allah, termasuk para Imam dan tempat ibadah, turut serta dalam kesucian-Nya dan dipisahkan dari kehidupan sehari-hari untuk dipersembahkan bagi Allah. Allah adalah kudus maka bangsa Israel pun dituntut untuk kudus seperti Allah (Imamat 11:45b; 19:2, 20;26). Dengan kata lain, hal utama yang ditekankan dalam kitab Imamat adalah menata segala aspek kehidupan bangsa Israel agar menjadi sesuai dengan kehadiran YHWH yang suci dan kudus.
Meski Allah adalah kudus namun tidak dapat disangkal bahwa bangsa Israel selalu jatuh dalam kesalahan karena tidak mengindahkan perkataan Allah yang kudus. Dosa bukanlah hal yang jauh, melainkan gejala yang senantiasa hadir dalam hidup manusia. Dosa dan kenajisan menjadi penghalang utama bangsa Israel untuk menghayati kehadiran Allah yang kudus itu di dalam perjalanan hidup mereka setiap hari. Oleh sebab itu, para imam diminta agar sanggup membedakan “yang kudus” dan “yang tidak kudus”, “yang najis”, dan “yang tidak najis”. Dosa dan kenajisan membuat manusia terpisah dari Allah dan dapat menyebabkan kematian, sebab manusia memutuskan relasi dengan Allah.

2. Catatan Awal
Untuk pemulihan relasi dengan Allah dibutuhkan kurban (Qorban) sehingga mereka menjadi dekat kembali dengan Allah. Dengan demikian bangsa Israel membutuhkan berbagai ritual untuk mengejar kesucian. Imam tertinggi mempersiapkan ritual untuk memulihkan relasi bangsa Israel dengan Allah. Pemulihan relasi manusia dengan Allah disebut sebagai hari pendamaian. Perikop Imamat 16:20-22 menggambarkan beberapa bagian besar yang menyolok untuk upacara penebusan kesalahan atau dosa dengan meletakkan tangan imam pada kepala kambing. Semua dosa bangsa Israel akan dialihkan kepada kambing jantan tersebut. Kambing itu kemudian dilepaskan ke padang gurun dengan membawa semua dosa bangsa Israel yang telah ditumpangkan padanya.
Ada beberapa macam perbedaan tafsiran terhadap kambing penghapus dosa. Salah satu tafsiran mengatakan bahwa seluruh dosa bangsa Israel ditanggungkan atas seekor kambing jantan melalui tumpangan tangan seorang imam. Setelah penumpangan tangan tersebut, seluruh dosa bangsa Israel ditebus dan dibebaskan. Kambing yang telah menerima dosa bangsa Israel dilepaskan ke padang gurun dengan keyakinan bahwa kambing itu tidak akan kembali lagi. Dengan demikian seluruh dosa bangsa Isaral telah diangkut oleh kambing tersebut dan di bawah pergi ke padang gurun yang luas.
Dalam sebuah tafsiran lain dikatakan bahwa setelah penumpangan tangan atas kambing jantan, kambing itu mengangkut dosa bangsa Israel dan membawanya pada Azazel. Azazel dikenal sebagai dewa kejahatan. Oleh karena itu dosa bangsa Israel dikembalikan kepada Azazel (dewa padang gurun = penguasa kejahatan).

3. Kambing Jantan Bagi Azazel: Ulasan Eksegetis atas Im 16:20-22
Teks Imamat 16:20-22 merupakan satu kesatuan unit yang berbicara mengenai ritual kambing jantan bagi Azazel. Menurut Hartley membagi teks tersebut menjadi dua bagian yakni; pengakuan segala kesalahan di atas kepala kambing jantan (Imamat 16: 20 - 21a) dan pelepasan kambing jantan ke padang gurun. Ada dua penafsiran yang pokok dari arti upacara yang ajaib ini. Dalam terjemahan lama sebutan ini telah lama dipakai karena didukung oleh LXX dan Vulgata. Sebutan itu didasarkan atas anggapan bahwa Azazel berasal dari akar azal yang berarti memindahkan. Sebutan Azazel menganggap kata itu sebagai nama. Alasan pemakaian ini adalah kenyataan bahwa bagi Azazel tampaknya menjadi lawan bagi Tuhan. Tapi jika sebutan itu adalah nama suatu roh jahat yang terkenal dari padang gurun atau nama lain untuk setan.

Ayat 20 -21a
“setelah selesai mengadakan perdamaian bagi tempat kudus dan kemah pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing yang hidup itu dan mengakui ke atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan.”
“Ia harus mempersembahkan korban kambing jantan itu.” Kambing jantan yang masih hidup ini telah disebut dalam Im 16:8 (dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi Tuhan dan sebuah undi untuk Azazel). Kambing jantan itu dibiarkan hidup di hadapan Tuhan dan dilepaskan bagi Azazel (bdk. Im 16:10). Korban kambing jantan itu harus dipersembahkan oleh imam besar Harun.
“Meletakkan tangan”. Meletakkkan tangan artinya supaya dosa-dosa Israel ditanggung oleh kambing jantan itu (bdk. Im 1:4). Ia harus meletakkkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu yakni, orang dari kaum awam yang membawa lembu untuk dipersembahkan sebagai korban dan harus meletakkan tangan ke atas kepala ternak itu. Ada beberapa pendapat tentang makna perbuatan itu. Menurut salah satu penjelasan hal itu merupakan ritus ilmu sihir untuk memenuhi ternak dengan jiwa orang yang mempersembahkan tetapi penjelasan demikian tidak sesuai dengan keyakinan orang Israel. Pendapat lain mengatakan perbuatan itu merupakan tanda bahwa ternak itu menggantikan orang yang mempersembahkannya dan memikul semua dosanya untuk mengadakan perdamaian baginya. Memang dalam upacara hari raya perdamaian perbuatan dosa Israel ditanggung oleh kambing jantan.
Tujuannya berbeda dengan ketika orang meletakkan tangannya atas kepala korban bakaran. Seorang yang sudah siap sedia biasanya seorang yang tidak lain Israel yang mengetahui jalan-jalan kecil melalui padang gurun. Dipilih satu hari dahulu untuk membimbing kambing itu. Jadi tujuan penumpangan tangan yang dimaksud adalah untuk mangalihkan dosa-dosa bangsa Israel kepada kambing jantan itu.
“Mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka”. Imam yang meletakkan tangan di atas kepala kambing mengakui dosa-dosa berat seperti dalam Imamat 5: 1-5. Dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel perlu didamaikan dengan perantaraan seorang imam. Dengan mengakui segala kesalahan dan dosa bangsa Israel ke atas kepala kambing itu, imam tersebut telah memindahkan semua dosa dan kesalahan bangsa Israel kepada kambing tersebut. Dengan demikian, segala dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel sudah dibebaskan. Bangsa Israel dapat memulihkan kembali hubungan mesra dengan Allah.

Ayat 21b – 22
“Kemudia melepaskan ke padang gurun dengan perantaraan sesorang yang sudah siap sedia untuk itu. Demikianlah kambing jantan itu harus mengankut segla kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun”.

“Melepaskan kambing ke padang gurun.” Padang gurun merupakan tanah yang terpencil atau terpisah (a land of Cutting). Tanah yang terpencil itu menunjukkan sebuah tempat di mana kambing dibawa terpisah dari kemah. Tempat yang dimaksudkan adalah lembah yang dalam sehingga kambing yang dibawa ke sana tidak bisa kembali.
Ada juga ahli yang menyebut bahwa tanah yang terpisah atau terpencil merupakan interpretasi dari sosok Azazel sendiri. Jika ungkapan ini dimaksudkan pada keburukan tanah yang terpisah, maka ada beberapa interpretasi atas Azazel. Pertama, Azazel disimbolkan sebagai jurang yang terjal atau batu karang yang curam. Kedua, Azazel mengandung arti sebagai penghancur total.
“Seorang yang sudah siap untuk itu”. Kambing yang dilepaskan ke tanah yang terpisah harus di bawah pengawasan seseorang yang sudah siap untuk tugas itu. Orang tersebut harus mampu meyakinkan bahwa kambing yang akan dilepaskan itu, tidak dapat kembali lagi ke kemah. Jadi, orang yang dimaksud adalah orang yang sudah mengusai jalan-jalan di padang gurun.

4. Catatan Akhir
Ritual penghapusan dosa bangsa Israel diidentifikasikan dengan penumpangan tangan seorang imam ke atas kepala seekor kambing jantan dan pelepasannya ke padang gurun. Ritual ini merupakan pendamaian bangsa Israel dengan Allah akibat dosa. Dosa diyakini bangsa Israel berasal dari Azazel atau yang jahat sehingga harus dikembalikan kepada yang jahat, sedangkan pengampunan selalu berasal dari YHWH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar